Quotes

"Jika kamu tak sanggup menahan lelahnya BELAJAR, maka kamu harus sanggup menahan perihnya KEBODOHAN" (Imam Asy Syafii)

Selasa, 15 Maret 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke-13

 Selamat bertemu kembali, kali ini saya akan memaparkan kegiatan saya pada minggu ini, Minggu ke-13 saya menjalankan Pendidikan Guru Penggerak di Kab. Bandung Barat.

Minggu ke-13: 7-12 Maret 2022

7 Maret: Ruang Kolaborasi - Sesi Pengerjaan

8 Maret: Ruang Kolaborasi -  Sesi Presentasi

9 Maret: Refleksi Terbimbing - Asinkron

10-11 Maret: Demonstrasi Kontekstual

12 Maret: LOKA KARYA 3 dan Jurnal Refleksi Mingguan


Jurnal refleksi kali ini saya akan memakai Model 5: Connection, challenge, concept, change (4C) 

Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini, yaitu: 

1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru Penggerak

2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda jalankan selama ini? 

3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?

 4) Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini?


A. CONNECTION

Materi minggu ini membahas penerapan Kompetensi Sosial Emosional baik secara langsung, eksplisit, maupun mempengaruhi secara langsung pemikiran peserta didik. Calon Guru Penggerak seperti saya diharapkan bisa menerapkan KSE terintegrasi dalam pembelajaran baik secara langsung di kelas, maupun tidak langsung melalui budaya-budaya positif yang dibangun oleh sekolah. 

B. CHALLENGE

Saya tertarik dengan ide-ide kreatif penerapan 5 KSE ini dalam pembelajaran, berikut saya rangkum beberapa inspirasi kegiatan yang mengintegrasi KSE yang dikutip dari Modul 2.2 PGP Pembelajaran Sosial Emosional:

1. Bernapas dengan kesadaran penuh

Ini adalah latihan yang serupa dengan latihan STOP. Untuk murid yang lebih kecil, dapat dimodifikasi dengan cara meminta mereka tiduran dan meletakkan boneka di atas perutnya. Minta mereka memperhatikan bagaimana boneka tersebut naik dan turun perlahan-lahan. Guru juga dapat menganalogikan kegiatan menarik dan membuang napas seperti kupu-kupu yang sedang terbang dengan meminta mereka mengangkat kedua lengannya.. Minta mereka refleksikan apa yang mereka rasakan pada tubuh, pikiran, dan perasaan mereka sebelum dan setelah melakukan kegiatan tersebut.

2. Identifikasi perasaan

Bacalah sebuah cerita yang perasaan tokoh-tokohnya dideskripsikan dengan jelas dalam cerita tersebut. Misalnya: Dongeng Si Kancil, Kisah Loro Jonggrang, atau kejadian faktual yang sedang terjadi, dll. Minta murid-murid untuk menggambar ekspresi wajah tokoh-tokoh cerita sesaat setelah mendengarkan cerita yang dibacakan oleh guru atau orang-orang yang mengalami apa yang diceritakan atau perasaan tokoh yang ada dalam cerita tersebut atau tokoh yang mengalami kejadian faktual apa yang diceritakan

 3. Melukis dengan jari (kegiatan ini dapat dilakukan di dalam ruangan maupun luar ruangan)

Minta murid untuk menggambar objek/apa saja yang mereka mau dengan menggunakan jari. Biarkan murid menggambar dengan bebas, kaitkan dengan kesadaran penuh dengan mengajak murid untuk menyadari pengalaman melukis mereka menggunakan jari-jarinya. Tanyakan juga bagaimana pengalaman mereka melukis dengan jari, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka cium, dan apa yang mereka pikirkan serta apa yang dirasakan dalam melakukan kegiatan melukis dengan jari ini.

4. Membuat jurnal diri untuk mengenali diri dan memantau perkembangan diri 

Ajari murid untuk menetapkan sebuah tujuan pribadi (akademis, emosional, sosial,dll.) Ajari murid untuk memantau kemajuan mereka sendiri atas tujuan tersebut. Bantulah mereka mengembangkan kebiasaan meninjau kembali dan menyesuaikan tujuan mereka sesering mungkin untuk memantau kemajuan. Apakah hal baik yang sudah kulakukan? Apakah bagian mana yang sudah tercapai? Apa yang harus saya kerjakan selanjutnya? Bagaimana saya ingin bertumbuh lebih baik lagi?

5. Membuat puisi akrostik (puisi yang awal kalimat atau kata-katanya ditulis berdasarkan huruf-huruf dari judul puisi tersebut) 

Minta murid menyiapkan kertas atau buku dan alat tulis. Instruksikan kepada murid-murid untuk membuat puisi dengan menggunakan nama mereka atau temannya. Setiap kata yang dituliskan merupakan identifikasi dari kekuatan, minat, atau hal positif lain yang mereka miliki. Contohnya:

P: emain bola jago 

U:sahanya keras untuk dapat menulis dengan rapi

T: enang

R: amah

A:syik diajak bercanda

6. Membuat kolase diri

Murid menyiapkan kertas, lem, majalah, dan alat tulis lainnya. Ajak murid-murid untuk membuat ilustrasi dirinya sendiri dalam bentuk sebuah kolase diri. Kolase yang dibuat harus mendeskripsikan kualitas-kualitas yang ada pada diri mereka. Caranya dengan mengidentifikasi kekuatan, potensi yang dimiliki, hal-hal yang diminati, serta nilai-nilai hidup yang diyakini. 

7. Menuliskan ucapan terima kasih

Ajak murid untuk memikirkan seseorang telah berbuat baik terhadap mereka. Dorong mereka untuk mengucapkan terima dan penghargaan atas kebaikan yang sudah diterima. Minta mereka untuk menuliskan perasaan mereka terhadap kebaikan yang diterima. Untuk anak yang lebih kecil, tambahkan gambar yang berhubungan dengan kata-kata yang ditulis atau gambar apapun yang disukai orang tersebut. Bila memungkinkan, murid juga dapat mengirimkan ucapan

daan....masih banyak lagi, tentunya bisa juga kita buat sendiri disesuaikan dengan kondisi masing-masing 😊


C. CONCEPT

  • Konsep-konsep utama yang akan terus melekat adalah:
  • Mindfulness
  • 5 Kompetensi Sosial Emosional CASEL: Kesadaran diri, Pengelolaan diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan berelasi, dan pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab.
  • Roda Emosi Plutchik
  • Well being (kesejahteraan hidup)

 

D. CHANGE

Pembelajaran Sosial Emosional hadir untuk mempererat keterhubungan antara siswa dan guru, dimana didalamnya guru memahami dan menyadari secara sengaja untuk membangun empati, relasi, dan lain sebagainya untuk membentuk kesejahteraan hidup (well-being). Well being ini diartikan sebagai sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup, dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. 

Fakta-fakta tersebut mengubah pemikiran dan pandangan saya terhadap arah tujuan dari pendidikan, atau hakikat dari penerapan pendidikan itu sendiri yang selama ini saya jalani. Jika siswa sudah merasa well being atau kompetensi sosial emosionalnya sudah terasah, maka sudah barang tentu prestasi akademiknya pun akan meningkat sesuai kemampuannya. Tidak ada lagi paksaan dan dorongan dalam proses pembelajaran, semua dilakukan dengan senang hati dan merdeka!


Demikian refleksi saya minggu ini, salam bahagia, salam guru penggerak! 😊


Tidak ada komentar:

Posting Komentar