Quotes

"Jika kamu tak sanggup menahan lelahnya BELAJAR, maka kamu harus sanggup menahan perihnya KEBODOHAN" (Imam Asy Syafii)

Minggu, 06 Maret 2022

Jurnal Refleksi Minggu ke 12 Pendidikan Guru Penggerak

 Berikut adalah timeline kegiatan saya minggu ini dalam mengikuti Pendidikan Guru Penggerak:

Selasa, 1 Maret 2022: Eksplorasi Konsep - Mandiri

Rabu, 2 Maret 2022: Eksplorasi Konsep, Forum Diskusi - asinkron

Kamis, 3 Maret 2022: Hari Suci Nyepi

Jumat, 4 Maret 2022: Eksplorasi Konsep, Forum Diskusi - asinkron

Sabtu, 5 Maret 2022: Menyusun Jurnal Refleksi Mingguan dengan Model Papan Cerita Reflektif.


Model Reflective Storyboard adaah model refleksi yang membuat 4 gambar bersambung yang mengilustrasikan refleksi saya tentang minggu ini dan diberi penjelasan singkat untuk setiap gambar.


Gambar 1; Penelaahan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dalam kegiatan Eksplorasi Konsep - Mandiri


Saya menelaah pemahaman mengenai bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk menghadapi situasi dan tantangan yang sangat kompleks yang biasanya kita hadapi sehari-hari agar dapat mengelola kehidupan personal maupun sosialnya.  Dimana kita sebagai pendidik didorong untuk  dapat mengawal tumbuh kembang murid secara holistik, baik secara kognitif, fisik, dan sosial emosional. 

Bapak Ki Hajar Dewantara mengemukakan tentang pembelajaran holistik dalam filosofi budi pekerti (Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan KHD, Syahril, 2020):

"Pendidikan budi pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada "Tri Sakti", yaitu: cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan), sedangan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga/ perbuatan. Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, dan kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan."

Gambar 2, Pembelajaran Sosial dan Emosional Berbasis Kesadaran Penuh


Pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh yang dilakukan secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup (well-being) ekosistem sekolah. Dalam kamus Oxford English Dictionary, well-being  dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Kesejahteraan hidup adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. 


Gambar 3, Hubungan Mindfulness dan Kompetensi Sosial Emosional (Hawkins, 2011)

Menurut Hawkins (2011), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita berhenti, bernapas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, mengelola emosi yang muncul, hingga dapat membuat pilihan/mengambil keputusan yang lebih responsif, bukan reaktif.

Pada saat menghadapi kondisi menantang, misalnya pada saat seorang guru berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin, mekanisme kerja otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, menarik napas panjang, memberikan waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri, apa nilai-nilai diri yang diyakini, memunculkan empati untuk memahami situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan oleh murid dengan hadir secara penuh. Guru akan memilih untuk bertanya pada murid tersebut untuk memahami apa yang terjadi. Respon guru yang berkesadaran penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid pada guru. Koneksi, rasa aman dan rasa percaya di antara guru dan murid akan memperkuat relasi murid dan guru sehingga dapat menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi pembelajaran. Relasi yang terbangun antara guru dan murid akan mendorong guru untuk membuat keputusan yang lebih responsif

Gambar 4, Kompetensi Sosial-Emosional dalam Modul 2.2 

5 Kompetensi Sosial Emosional yang difokuskan dalam modul 2.2 ini adalah 1) pengenalan emosi, 2) pengelolaan emosi dan fokus, 3) empati, 4) kemampuan kerja sama dan resolusi konflik, 5) pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Contoh panduan atau kerangka penerapan 5 KSE terdapat dalam lampiran 5 kasus dan  artikel berikut: 

Kasus 1:

Pembahasan:

Kasus 2: 

Pembahasan: 


Kasus 3: 

Pembahasan:


Kasus 4:

Pembahasan:



Kasus 5:

Pembahasan:



Demikian yang bisa saya ulas untuk refleksi minggu ke 12 ini, semoga bermanfaat
Salam Guru Penggerak! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar