"Semua pengetahuan terhubung ke semua pengetahuan lainnya. Yang menyenangkan adalah membuat koneksinya". (Arthur Aufderheide)
Perjalanan belajar saya kali ini dalam Modul Pembelajaran Berdiferensiasi sudah memasuki minggu ke-2, dan tahap Koneksi Antar materi. Setelah melalui M-E-R-D-E-K-A Belajar seperti di bawah ini tentunya!
Dalam tahapan koneksi antarmateri ini penulis akan berbagi kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
- Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara
jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran,
namun juga muridnya.
- Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar
muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu
menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan
serta penilaian yang berbeda.
- Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’
murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang
tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan
selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
- Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur,
rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
- Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan
informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah
dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan,
atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar
yang ditetapkan.
"Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan
kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar
tersebut."
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in
Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan
kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah:
- Kesiapan belajar (readiness) murid
- Minat murid
- Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang
lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan
pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar/ readiness). Lalu jika
tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid
(minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja
dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru.
Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa
murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang
tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru
tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46)
mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan
menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan
kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer
tersebut terlebih dahulu. Saat kita mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat
untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk
mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif
yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid.
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah
kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan
kepuasan diri.
Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik
belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid
berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid
untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadangkadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai
dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil
belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat
memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Strategi Diferensiasi ada 3 yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk. Konten adalah apa yangkita ajarkan pada murid, dan diferensiasi konten ini bisa diukur dengan The equalizer yang penulis sebutkan di atas. Proses adalah bagaimana mrid akan memahami/ memaknai materi yang akan dipelajari, munculkan dalam benak kita pertanyaan "bagaimana setiap kebutuhan murid akan terpenuhi?". Cara-cara yang bisa kita pakai untuk diferensiasi proses adalah seperti kegiatan berjenjang, pertanyaan pemandu/ tantangan, membuat agenda individual, memvariasikan lama waktu pengerjaan tugas, mengembangkan kegiatan bervariasi yang mengakomodir beragam gaya belajar, dan menggunakan pengelompokkan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan, dan minat. Produk adalah hasil belajar atau unjuk kerja atau juga hasil pekerjaan yang bersifat tangible (terlihat). Hasil belajar ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan pembelajaran yang diharapkan.
Penugasan produk harus membantu murid baik secara individu atau kelompok untuk memikirkan kemali/ memperluas apa yang mereka pelajari selama periode tertentu. Produk ini mewakili pemahaman dan elemen kurikulum yang paling langsung dapat dimiliki oleh murid. Dalam diferensiasi produk ini setidaknya memberikan siswa dua hal, yaitu: tantangan dan keragaman (variasi), juga pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Namun tentu saja diferensiasi produk ini harus memenuhi 3 ekspektasi murid yaitu kualitas pekerjaan, konten yang harus ada dalam produk, dan bagaimana harus dikerjakan.
Dalam video pembelajaran yang lain berjudul "Lingkungan Belajar yang Mendukung Pembelajaran Berdiferensiasi" oleh ibu Oscarina Dewi Kusuma, M.Pd bahwa pembelajaran berdiferensiasi harus dibangun dalam learning community (komunitas belajar). Diantara ciri-ciri iklim lingkungan belajar adalah: setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik, setiap orang dalam kelas tersebut saling menghargai, murid merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan siswa berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksessan bersama.
Dalam artikel "Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi" penulis mendapatkan point-point penting sebagai berikut:
- seorang guru dalam komunikasinya dengan murid harus membangun komunikasi dan kepercayaan murid-muridnya, agar muridnya tersebut mau mengikuti instruksi dan saran-saran yang ia berikan
- tanpa membangun rasa percaya dan komunikasi yang baik, tidak akan terjadi hubungan positif antara murid dan guru, sehingga akan sulit bagi guru untuk memotivasi murid untuk mencapai tujuannya
- penilaian seorang guru sama halnya ketika seorang dokter mendiagnosis pasiennya
- guru perlu mengetaui perasan, latar belakang, keinginan dan minat dari murid-muridnya yang digunakan oleh guru untuk merancang pemelajaran yang sesuai untuk kepentingan proses mengidentifikasi dan memetakan peserta didik.
Penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru (Tomlinson & Moon):
- Assesment for learning, dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran, dan biasanya digunakan sebagai dasar perbaikan dan penilaian formatif
- Assesment of learning, dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai, berfungsi sebagai penilaian sumatif
- Assesment as learning, penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut juga dapat berfungsi sebagai penialaian formatif.
Penilaian formatif sangat penting dalam pembelajaran berdiferensiasi karena bersifat memonitor proses pembelajaran, dan dilakukan secara berkelanjutan serta konsisten, sehingga membantu guru untuk memantau pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan murid yang berkembang terkait dengan topik pembelajaran. Contoh strategi penilaian formatif:
- tiket masuk, tiket keluar
- berbagi 30 detik
- nama dalam toples
- 3-2-1: 3 hal yang sebelumnya tidak diketahui, 2 hal yang mengejutkan, dan 1 hal yang ingin dilakukan
- refleksi
- pojok pemahaman
- strategi 5 jari
Lalu bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal?
Menurut penulis, pembelajaran berdiferensiasi akan efektif jika guru melakukan diagnosa awal dengan teliti, menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pada hasil diagnostik dengan racikan yang pas antara diferensiasi konten, proses, dan produk
Bagaimana kaitan antar materi modul ini dengan modul lain di Program Guru Penggerak?
Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan salah satu sarana guru dalam mewujudkan visi guru penggerak yang ada pada modul 1 khususnya pembelajaran yang berpihak pada murid.